7/09/2013

Kebiasaan Makan Yang "Freak"

Percaya atau tidak inilah yang mereka makan selama ini....kalau mau coba disilahkan he....he.....

1.Jonathan McGowan, memakan bangkai binatang selama 30 Tahun
Spoilerfor Text+pic
Quote:
Daging tikus goreng dan gulai burung hantu adalah dua makanan favorit bagi Jonathan McGowan (44). Dan yang mengejutkan lagi, hewan-hewan ini adalah santapan sehari-hari bagi Jonathan. Jonathan mulai menggemari makanan-makanan yang terdengar menjijikan itu ketika ia menemukan binatang itu mati tertabrak kendaraan di jalan (roadkill). Jonathan pertama kali merasakan hewan mati saat usianya 14 tahun. Saat itu ia memasak seekor ular yang ia temukan di jalan.

Jonathan merupakan seorang taxidermist asal Bournemouth, Dorset. Jonathan memutuskan untuk tidak mengkonsumsi daging yang dijual dipasaran sejak 30 tahun yang lalu. Sebagai gantinya, Jonathan memilih hewan-hewan yang ia temukan sudah dalam keadaan mati di pinggir jalan atau di hutan. Saat itu Jonathan memilih memakan bangkai binatang ini sebagai cara untuk menghemat pengeluaran biaya makannya. Karena ia mulai tinggal sendiri setelah menyelesaikan kuliah semester enamnya.


2. Mark Haub, menurunkan badan dengan makan Junk Food selama 2bulan dan anehnya turun 
Spoilerfor Text+pic
Quote:
Ketika ingin menurunkan berat badan, seseorang biasanya akan menjauhi makanan berkalori tinggi seperti junk food dan kue-kue. Tapi Mark Haub justru berdiet dengan junk food dan kue-kue berkalori tinggi dan berhasil menurunkan berat badan sekitar 12 kg selama 2 bulan. Selama dua bulan, profesor yang mengajar di Kansas State University ini banyak mengkonsumsi “Twinkie”, yaitu kue lembut yang berisi krim di dalamnya. Twinkie bisa dikategorikan sebagai junk food karena kandungan gizinya tidak sebaik makanan lain.

Anehnya, setelah rutin mengkonsumsi Twinkie dan makanan junk food lainnya, selain berat badannya turun, kondisi kesehatan pria ini justru lebih membaik dengan turunnya kadar kolesterol buruk (LDL) dan naiknya kolesterol baik (HDL).


3. Claire Simmons, memakan Pizza selama 31 tahun
Spoilerfor Text+pic
Quote:
Kebiasaan makan aneh wanita ini sebaiknya tidak ditiru. Bayangkan saja, wanita bernama Claire Simmons seumur hidupnya hanya mengkonsumi pizza. Ia mengalami kondisi yang tidak lazim, yaitu merasa jijik jika mencoba makanan selain pizza.

Kebiasaan makan Claire di dalam dunia medis disebut dengan Selective Eating Disorder. Seorang ahli kesehatan mengatakan, kebiasaan ini akan cepat lambat membunuh dirinya jika tidak segera dihentikan. Mendengar pernyataan itu, Claire tetap tidak mau mendengarkan dan memilih untuk terus memakan pizza. Untuk hidup sehat, ia mengklaim cukup dengan banyak mengkonsumsi air.


4. Neil King, makan kacang panggang 6 kaleng setiap hari
Spoilerfor Text+pic
Quote:
Setelah diperingkatkan berisiko terhadap kanker usus, Neil King dari Essex, Inggris, mengambil tindakan pada menu makanannya. Bukannya menambah porsi buah dan sayur, ia justru mulai makan kacang panggang hingga 6 kaleng setiap hari.

Ia memakannya dengan dari pada waktu makan siang dan kentang pada makan malam. Kondisi tersebut membantunya menurunkan berat badan hingga 63,5 kg.


5. Darren Jones, kecanduan 42 liter Cola Diet
Spoilerfor Text+pic
Quote:
Kebiasaan makan aneh juga dialami oleh seorang pria bernama Darren Jones. Ia tidak bisa menghentikan kebiasaannya untuk meminum cola diet. Bahkan dalam seminggu ia bisa menghabiskan 42 liter cola atau sekitar 21 botol. Gara-gara kebiasaan anehnya ini, Darren Jones dilarikan ke panti rehabilitasi untuk mendapatkan bantuan. Ia mengatakan sangat terobsesi dengan cola, dan selalu merasa cemas jika botol cola tersebut mulai habis. Jika ia tidak mendapatkan cukup cola, ia akan merasa panik seperti halnya orang kecanduan obat ataupun alkohol. Sebelum mengakibatkan pembentukan macam-macam penyakit, Ayah 2 orang anak ini pun berjanji untuk sembuh dari kecanduannya itu.

Ratusan Personel TNI Ikuti Latihan Puncak Korpaskhas di Kupang


Ratusan Personel TNI Ikuti Latihan Puncak  Korpaskhas di Kupang
Latihan Korps Pasukan Khas (Paskhas) yang dilaksanakan beberapa waktu lalu. 

 Latihan puncak Korpaskhas dengan sandi Trisula Perkasa 2013 dipusatkan di wilayah Kupang Nusa Tenggara Timur dan Markas Lanud Eltari Kupang. Dalam skenario latihan tersebut melibatkan ratusan unsur pasukan seluruh jajaran Korpaskhas yang meliputi unsur pendukung maupun pelaku latihan termasuk Batalyon 464 Paskhas yang bermarkas di komplek Lanud Abd. Saleh Malang.
Dalam rilis yang diterima redaksi Tribunnews.com, Selasa (25/6/2013),selain itu latihan ini juga melibatkan empat  pesawat C-130 Hercules dari Skadron Udara 31 Halim PK, Skadron Udara 32 Abd Saleh Malang, satu pesawat CN-295  juga melibatkan personel Lanud Eltari, Kupang, NTT.
Latihan ini telah dibuka oleh Dankorpaskhas pada minggu lalu dengan diawali geladi posko yang dipusatkan di Mako Korpaskhas dan sebelumnya telah dilaksanakan penataran pelaku dan wasdal untuk bekal latihan, sedangkan manuver lapangan dilaksanakan pada tanggal 23-28 Juni 2013. Dalam latihan ini Yon 464 Paskhas melibatkan Tim Dalpur (Pengendali Tempur), Tim Dallan, Tim Jump Master dan Tim SARPUR.
Unsur Tim Pengendali Tempur yang dikomandani langsung oleh Danyon 464 Paskhas, Letkol Pasukan Joko Prasetyo akan melaksanakan infiltrasi melalui udara menuju sasaran terpilih yakni Pangkalan TNI AU Eltari Kupang pada malam hari dengan melakukan penerjunan free fall metode HAHO (High Altitude High Opening). Selanjutnya setelah Tim Pengedali tempur menyatakan aman sasaran tersebut maka satuan  Yonbuthanlan yang diterjunkan melalui terjun statik dan melakukan operasi perebutan dan pertahanan pangkalan agar pangkalan tersebut siap digunakan untuk operasi selanjutnya.
Trisula Perkasa merupakan sandi latihan puncak Korpaskhas yang digelar dalam setiap tahunnya dan dilaksanakan sebagai manivestasi dari hasil pembinaan yang dilakukan Korpaskhas dan juga merupakan wujud akuntabilitas publik dan pertanggungjawaban Korpaskhas di bidang pembinaan kepada TNI Angkatan Udara khususnya dan kepada Bangsa dan rakyat Indonesia.
Latihan dengan sandi Trisula Perkasa Korpaskhas 2013 mengambil tema, "Satgas Paskhas Melaksanakan Operasi Perebutan dan Pengendalian Pangkalan Udara di Wilayah Indonesia Timur Dalam Rangka Mendukung Tugas Komando Tugas Udara Gabungan".


7/08/2013

BAHAYA MAKAN KERIPIK KENTANG

Apakah anda sering mengkonsumsi cemilan seperti keripik kentang atau sejenis nya???
Hati-Hati!!! Makan satu bungkus crispy Potato sama dengan minum 5 Liter minyak goreng.
Peringatan bagi pecinta Keripik Kentang. Mungkin anda tidak percaya bagi peringatan ini, tetapi ada bukti ilmiah yang muncul jika makan keripik kentang. Jika mengkonsumsi keripik kentang besar kemungkinan akan terserang kanker, kalau bagi anak-anak maka akan menjadi hiperaktif.

Makan satu bungkus keripik kentang sama dengan minum lima liter minyak goreng
Pekan lalu, YouGov (semacam BPOM) melakukan riset terhadap anak-anak di negara Inggris, mengemukakan bahwa sepertiga anak-anak Inggris setiap hari mengkonsumsi keripik kentang. dan dua pertiganya hanya beberapa kali dalam seminggu. Hal ini cukup mengejutkan bahwa mengkonsumsi satu bungkus keripik kentang sama dengan meminum lima liter minyak goreng dalam setahun.

Memang benar, dengan rasa yang sangat enak dan bentuknya yang bermacam-macam dapat memikan anak-anak untuk membelinya. Akan tetapi dengan sensasi kenikmatan tersebut terdapat zat yang dapat membuat tubuh kita menjadi gemuk, diabetes dan riskan mengalami penyakit kanker. Sensasi ini muncuk dari rasa renyak keripik kentang yang dapat menstimlus saraf ke otak untuk mengunyah lagi. Hal ini disebut sebagai adiktif.
Sifat adkiktif inilah yang dapat kita ketagihan terhadap keripik kentang, semakin sering mengkonsumsinya semakin sering stimulus otang untuk menerima berbagai zat dari keripik kentang yang sehingga memicu lebih besar dua kali mengalami obesitas dan kanker.

Bagi wanita hamil, sering mengkonsumsi keripik kentang sama halnya dengan merokok. Hal ini akan mengganggu janin bayi dikandungannya. Zat yang terdapat di keripik kentang ada zat Akrilamida, jika terlalu sering maka akan mengalami kerusakan DNA pada janin bayi. Selain itu jika bayi terlahir akan telat perkembangan pada Sistem Otak dan Saraf.
Ini adalah masalah bom waktu agar anak-anak kita tidak terlalu berlebihan mengkonsumsi keripik kentang. Dan menjadi peringatan terhadap kita semua agar berhati-hati dalam mengkonsumsi makanan snack yang sangat mengunggah selera.


sumber

Jadi intinya kalo makan keripik kentang ya bagi-bagi......biar semua kebagian minyak goreng apalagi nih bulan Puasa ama Lebaran MINYAK GORENG MAHAL....

7/07/2013

KEMANA MIG 21 KITA? & PENYEBAB AU SURIAH KALAH TELAK PADA PERISTIWA BEKAA VALLEY

RED EAGLE SQUADRON



            Mungkin para blogger sering bertanya, kemanakah MiG 21F13 kita? apakah jadi sendok, atau sudah jadi panci untuk memasak seperti yang digembar-gemborkan selama ini.Sepertiyang kita ketahui, AURI pada awal 1960an mempunyai 24 unit Mig 21 F13 dengan catatan 1 crash di ujung landasan Madiun, 1 crash di Medan dan 1 unit lainnya jatuh disekitar selat malaka, sedangkan saat ini kita hanya dapat melihat 4 unit Mig 21F13 yang tersisa, yang pertama di depan Mako Kohanudnas, yang kedua di Museum Satria Mandala, yang ketiga di Museum Dirgantara Mandala Yogyakarta sedangkan yang terakhir di ITB Bandung, "Ini pesawat bener-bener legendaris gan." Sampai katanya perancang F-16 bikin pesawat F-16 untuk nyaingin Mig 21 ini,hehehehe. Daripada OT (Omong Thok) kayak tukang jual panci, mungkin dapat disimpulkan kemana sisa MiG 21F13 kita dan mengapa MiG 21 Arab kalah telak pada waktu peristiwa lembah Bekaa tahun 1981, jadi ngelantur lagi nih, dibaca aja deh artikel dibawah ini



The 4477th Test and Evaluation Squadron (4477 TES) was a squadron in the United States Air Force under the claimancy of the Tactical Air Command (TAC). It is currently inactive.[1] The product of Project Constant Peg, the unit was created to train USAF pilots and weapon systems officers, and USN and USMC Naval Aviators and Naval Flight Officers to better fight the aircraft of the Soviet Union.[1] Some 69 pilots, nicknamed Bandits, served in the squadron between 1979 and 1988, flying MiG-17s, MiG-21s and MiG-23s.[1]

4477th Test & Evaluation Squadron
4417tes-mig21.jpg
Members of the 4477th Test & Evaluation Squadron in front of a MiG-21F-13 Fishbed C/E, "85 Red", USAF serial 014. This airframe is now displayed at the Air Force Armament Museum, Eglin AFB, Florida.
Founded 1 May 1980
Country  United States
Branch United States United States Air Force
Type Tactical evaluation squadron
Role Testing of MiG fighters.
Garrison/HQ Tonopah Test Range and Nellis AFB, Nevada
Disbanded Last sorties on 4 March 1988.
Commanders
Notable
commanders
Gaillard Peck, George Gennin
Aircraft flown
Fighter Mikoyan-Gurevich MiG-17, MiG-21 and MiG-23.
Trainer Northrop T-38 Talon
Transport Cessna 404, Mitsubishi MU-2
Two USAF F-5Es flanking a MiG-17 and MiG-21 of the 4477th Tactical Evaluation Squadron
"Red 49" MiG-23 on the Tonopah ramp, 1988
"Red 84" MiG-21F-13 taxiing past the control tower, 1986
Squadron patch for the officers.[1]
 
 
The 4477th Test and Evaluation Squadron (4477 TES) was a squadron in the United States Air Force under the claimancy of the Tactical Air Command (TAC). It is currently inactive.[1] The product of Project Constant Peg, the unit was created to train USAF pilots and weapon systems officers, and USN and USMC Naval Aviators and Naval Flight Officers to better fight the aircraft of the Soviet Union.[1] Some 69 pilots, nicknamed Bandits, served in the squadron between 1979 and 1988, flying MiG-17s, MiG-21s and MiG-23s.[1]

History

The longest continuing United States classified military airplane program is the testing and evaluation of Foreign Aircraft Technology. During the Cold War, secret test flying of Mikoyan-and-Gurevich Design Bureau (MiG) and other Soviet aircraft was an ongoing mission dating back to the acquisition of the first Soviet-built Yakovlev Yak-23 in 1953. This effort has continued to the present day. Unlike the other "black" airplane programs, such as the Have Blue, Lockheed U-2, or SR-71 Blackbird, Foreign Aircraft Technology operations still remain classified. Despite the declassification of the Constant Peg program in the early 2000s, the evaluation of Foreign aircraft likely continues.
It is not known exactly the actual number or types of aircraft involved, where they came from, or the complete history of the program. It is known that the activities of the 4477th Test and Evaluation Squadron brought about a fundamental change in United States Air Force and United States Navy / United States Marine Corps air combat tactics. They revitalized the art of dogfighting at a time when, seemingly, it had nearly been forgotten. The knowledge gained from testing the aircraft the squadron flew was reflected in the success of United States air operations during the Vietnam War, as well as the founding of the Air Force's Red Flag program and the United States Navy's TOPGUN school.

Origins

In the late 1950s, a new generation of United States fighters was being developed. As a result of the development of air-to-air missiles, fighter aircraft, such as the U.S. Navy's F4H Phantom II, were developed. Later reesignated the F-4 in 1962, the aircraft was the first fighter designed from the start with only air-to-air missiles, carrying both radar-guided AIM-7 Sparrow III and the shorter-range AIM-9 Sidewinder infrared-guided missiles. With the new missiles came the new attitude that dog-fighting was obsolete. The air-to-air training given to new Navy and Marine Corps F-4 crews was extremely limited. It involved about ten flights and provided little useful information. By 1964, few in the Navy and Marine Corps were left to carry on the tradition of classic dogfighting.[2]
Then came the Vietnam War. The early years of the air war over North Vietnam showed the faith placed in missiles was terribly in error. Between 1965 and the bombing halt in 1968, the USAF had a 2.15 to 1 kill ratio. The U.S. Navy was doing slightly better with a 2.75 to 1 rate. For roughly every two North Vietnamese MiG-17 Frescos or MiG-21 Fishbeds shot down, an American F-4 Phantom II, F-105 Thunderchief, or F-8 Crusader would be lost. This was far worse than the 10-plus to 1 kill rate during the Korean War. More serious, the percentage of United States fighters being lost in air-to-air combat was growing. During 1966, only 3 percent of U.S. aircraft losses were due to MiGs. This rose to 8 percent in 1967, then climbed to 22 percent for the first three months of 1968.[2]
The emphasis on air-to-air missile interception meant the fighter combat crews had only the sketchiest knowledge of dogfighting. Originally conceived as a naval fleet air defense aircraft, and later adapted as an Air Force fighter-bomber, the design of the F-4 made it ill-suited for a tight-turning dogfight. In contrast to the lighter MiG-17, the F-4 was large and heavy. When a tight turn was made, the F-4 would lose energy and airspeed. The MiG-17's superior turning capability then allowed it to close to gun range. All too often, hits from the MiG-17's "outmoded" cannons would then destroy the F-4.[2]
Under the HAVE DOUGHNUT and HAVE DRILL programs, the first MiGs flown in the United States, were used to evaluate the aircraft in performance and technical capabilities, as well as in operational capability, pitting the types against U.S. fighters.[1]
The data from the Have Doughnut and Have Drill tests were provided to the newly formed United States Navy Fighter Weapons School (TOPGUN) at NAS Miramar, California. During the remainder of the Vietnam War, the Navy kill ratio climbed to 8.33 to 1. In contrast, the Air Force rate improved only slightly to 2.83 to 1. The reason for this difference was TOPGUN. The Navy (to include the Marine Corps) had revitalized its air combat training, while the Air Force had stayed stagnant. Most of the Navy MiG kills were by TOPGUN graduates.[1]
By 1970, the Have Drill program was expanded; a few selected fleet F-4 crews were given the chance to fight the MiGs. The most important result of Project Have Drill is that no Navy pilot who flew in the project defeated the MiG-17 Fresco in the first engagement. The Have Drill dogfights were by invitation only. The other pilots based at Nellis Air Force Base were not to know about the U.S.-operated MiGs. To prevent any sightings, the airspace above the Groom Lake portion of the Nellis Range was closed. On aeronautical maps, the exercise area was marked in red ink. The forbidden zone became known as "Red Square".[2]
The idea of a more realistic training program for the Air Force was devised by USAF Colonel Gail Peck, a Vietnam veteran F-4 pilot, who was dissatisfied with his service's fighter pilot training. After the war, he worked at the Department of Defense, where he heard about the HAVE DRILL and HAVE DOUGHNUT programs. He won the support of USAF General Hoyt S. Vandenberg, Jr. and launched "Constant Peg," named after Vandenberg's callsign, "Constant," and Peck's wife, Peg.[1]

HAVE MiGs

In May 1973, Project Have Idea was formed which took over from the older Have Donut and Have Drill projects and the project was transferred from the Area 51 facility to the Tonopah Test Range Airport, Nevada. At Tonopah testing of foreign technology aircraft continued and expanded throughout the 1970s and 1980s.[2]
By the late 1970s, United States MiG operations were undergoing another change. In the late 1960s, the MiG-17 and MiG-21F were still frontline aircraft. A decade later, they had been superseded by later-model MiG-21s and new aircraft, such as the MiG-23. Fortunately, a new source of supply of Soviet aircraft became available, Egypt. In the mid-1970s, relations between Egypt and the Soviet Union had become strained, and Soviet advisers were ordered out. The Soviets had provided the Egyptian air force with MiGs since the mid-1950s. Now, with their traditional source out of the picture, the Egyptians began looking west. They turned to United States companies for parts to support their late-model MiG-21s and MiG-23s. Very soon, a deal was made. According to one account, two MiG-23 fighter bombers were given to the United States by Egyptian president Anwar Sadat. The planes were disassembled and shipped from Egypt to Edwards Air Force Base. They were then transferred initially to Groom Lake for reassembly and study.[2]
In 1987, the U.S. Air Force bought 12 new Shenyang F-7Bs from China for use in the Constant Peg program. At the same time, it retired the remaining MiG-21F-13 Fishbeds acquired from Indonesia.[citation needed]
The United States operated MiGs received special designations. There was the practical problem of what to call the aircraft. This was solved by giving them numbers in the Century Series. The MiG-21s and Shenyang F-7Bs were called the "YF-110" (the original designation for the USAF F-4C), while the MiG-23s were called the "YF-113".[2]
The focus of Air Force Systems Command (AFSC) limited the use of the fighter as a tool with which to train the front line tactical fighter pilots.[1] Air Force Systems Command recruited its pilots from the Air Force Flight Test Center at Edwards Air Force Base, California, who were usually graduates from either the Air Force Test Pilot School at Edwards or the Naval Test Pilot School at NAS Patuxent River, Maryland. Tactical Air Command selected its pilots primarily from the ranks of the Weapons School graduates at Nellis AFB.[1]
The 4477th began as the 4477th Test and Evaluation Flight (4477 TEF), which began 17 July 1979. The name was later changed to the 4477th Test and Evaluation Squadron (4477 TES) in 1980. The 4477th began with three MiGs: two MiG-17Fs and a MiG-21 loaned by Israel, who had captured them from the Syrian Air Force and Iraqi Air Force. Later, it added MiG-21s from the Indonesian Air Force.[1]
The aircraft were collected at the Department of Energy's Tonopah Test Range, where they were flown by the squadron. The squadron operated MiG-17s until 1982, but mostly MiG-21s and MiG-23s.[1]

Accidents

Two pilots of the 4477th died flying the Soviet planes. The pilots had no manuals for the aircraft, although some tried to write one, nor was there a consistent supply of spare parts, which had to be refurbished or manufactured at high cost.
On 23 August 1979, a pilot lost control of the squadron's MiG-17F, USAF serial 002. U.S. Navy Lieutenant M. Hugh Brown, 31, of the U.S. Navy's Test and Evaluation Squadron FOUR (VX-4), "Bandit 12", originally of Roanoke, Virginia, entered a spin while dogfighting a U.S. Navy F-5. Brown recovered, but entered a second irrecoverable spin too low to eject. The plane hit the ground at a steep angle near the Tonopah Test Range airfield boundary, killing the pilot instantly.[1]
On 21 October 1982, USAF Captain Mark Postai crashed with a MiG-23.[1]
On 26 April 1984, USAF Lieutenant General Robert M. "Bobby" Bond, then vice commander of Air Force Systems Command, died attempting to eject after losing control of his MiG-23 while supersonic. A few hours after the crash, Headquarters, Air Force Systems Command, at Andrews Air Force Base, Maryland issued a brief statement: "Lt. Gen. Robert M. Bond, vice commander, Air Force Systems Command, was killed today in an accident while flying in an Air Force specially modified test aircraft". Three-star generals do not generally fly test missions, so Bond's death attracted press interest. The fact that the Air Force also refused to identify the type of plane also raised questions. Early reports claimed he had been flying "a super-secret Stealth fighter prototype." The death of a three-star general led the Air Force to reveal that it was flying Soviet aircraft.[2][3][4] A boulevard cut-off between Eglin Air Force Base (main base) and Hurlburt Field in Florida is named in his honor.

End of operations

Near the end of the Cold War the program was abandoned and the squadron was disbanded. Flight operations closed down in March 1988, although the 4477th was not inactivated until July 1990, according to one official Air Force history.[1]

Current operations

After the 4477 TES was inactivated, the remaining assets were reconstituted as a detachment of the 57th Fighter Wing at Nellis AFB, now known as Detachment 3, 53rd Test and Evaluation Group.
In a March 1994 article on Groom Lake in Popular Science, a photo was published of an Su-22 Fitter in flight. The plane was painted in a green and tan finish. The Su-22 is a swing-wing, light-attack aircraft. It was in frontline Russian Air Force service at the time and was exported widely to Eastern European and Third-World countries during the 1970s and 1980s.[2]
Also in 1993, the United States and Germany trained with former East German MiG-23s and two Su-22s which were sent to the United States. With East and West Germany now unified, there was an ample supply of both Soviet-built planes and the spare parts needed to support them.[2] In October 1994, Aerospace Daily reported that "reliable observers" had sighted an Su-27 Flanker on two occasions. The Su-27 is a Russian first-line advanced interceptor. It is in operation with both the Russian and Communist Chinese air forces.[2]
It is believed that Air Force Material Command (AFMC) operates MiG-29 Fulcrums and Su-27 Flanker aircraft somewhere in Nevada flying against Fighter Weapons School instructors, 422d Test and Evaluation Squadron aircrews and F-15 Eagle and F-16 Fighting Falcon "Aggressor" aircraft flying from Nellis AFB.[1]


Sudah dibaca kan? ternyata kata artikel diatas pesawat kita ada di Amrik, selain di Red Eagle Squadron, MiG 21F13 kita juga dipajang di Smithsonian Museum, tapi pake kamuflase Soviet, Trus apa hubungannya sama Bekaa Valley 1981? Kalau di nalar-nalar kan pesawat-pesawat ex-Soviet sudah di pelajari kelebihan dan kelemahannya jadi gampang banget di habisin sama Israel waktu itu, Tragis ya, Gara-gara ex pesawat Mesir & Indonesia, habis itu IDF (Israel Defense Force) bisa menguasai hampir seluruh wilayah Lebanon, kalau ada uang lebih bisa juga para blogger membeli buku RED EAGLES AMERICA'S SECRET MIGs biar lebih jelas,atau pinjam di perpustakaan kalau kantong cekak.


SEJARAH SNIPER DI SELURUH DUNIA”



Sejak ditemukannya senjata api, snipers sudah berperan besar dalam berbagai sejarah perang .

-Tetapi aksi sniper pertama yang dicatat sejarah dilakukan oleh seorang seniman terbesar sepanjang masa bernama Leonardo Da Vinci(1452-1519

ia menciptakan senapan yang sangat akurat untuk masa itu dan menggunakannya dalam perang Siege of Florence (1498) untuk menembaki para perwira pasukan kerajaan Roma Suci yang mengepung kota Florence, Italia . Konon senapannya mampu menembak dengan tepat sampai jarak 200 meter, jarak yang sangat luar biasa untuk saat itu .

-Perang Perancis – Austria (1796-1797)
Ketika pasukan Perancis yang sangat kuat dibawah pimpinan Jendral Napoleon Bonaparte menyerbu Austria, gerak maju mereka terhambat oleh satuan sniper aneh Austria yang hanya bersenjatakan senapan angin 

Banyaknya korban yang jatuh dan kesukaran tentara Perancis untuk mendeteksi keberadaan para sniper Austria membuat Napoleon marah besar dan mengeluarkan perintah resmi agar setiap prajurit Austria yang tertangkap tangan bersama senapan angin,langsung dihukum mati ditempat ; karena mereka dianggap sebagai pembunuh yang pengecut bukan sebagai prajurit.

Hal ini disebabkan tidak terdengarnya letupan senapan ini dari jarak 150 m. . Senapan angin sniper ini dibuat oleh seorang ahli senjata Austria yang bernama Bartholomew Girandoni dan senapan ini memiliki magasen yang berisi 20 butir peluru timah berkaliber 13 milimeter .Bahkan untuk standar senjata masa kini, senapan angin sniper buatan abad ke 18 ini masih menakutkan .

-Perang Kemerdekaan Amerika (1776-1783)
7 Oktober 1777 Dalam perang kemerdekaan Amerika, Jendral Simon Fraser dari pasukan kerajaan Inggris ditembak mati di Bemis Height,
New York (Battle of Saratoga) dari jarak 500 yard oleh seorang sniper bernama Tim Murphy dari kesatuan Kentucky Riflemen .Tim Murphy menggunakan senapan locok Kentucky Long Rifle kaliber .40 (10 mm) . Sebagai akibat gugurnya Jendral Simon Fraser, gerak maju pasukan Inggris terhenti yang mengakibatkan kekalahan Inggris pada pertempuran di Saratoga.Kekalahan pasukan Inggris di Saratoga ini merupakan awal dari kekalahan mereka dalam perang kemerdekaan Amerika.

-Pertempuran laut Trafalgar (1805)
Pada bulan Oktober 1805 armada gabungan AL Kerajaan Perancis dan Spanyol berangkat meninggalkan pelabuhan pelabuhan Cadiz ,didekat semenanjung Trafalgar mereka disergap oleh armada AL Kerajaan Inggris yang dipimpin oleh Admiral Horatio Nelson .

Ditengah pertempuran ini Admiral Nelson yang sedang memimpin dari kapal bendera HMS Victory.tiba-tiba jatuh ditembak oleh sniper Perancis yang
bertengger ditiang layar kapal perang Redoubtable yang saat itu sedang bertempur jarak dekat dengan HMS Victory.Sniper Perancis itu menembak Admiral Nelson dengan hanya menggunakan senapan locok dari jarak 75 meter saja. Walaupun pertempuran Trafalgar dimenangkan oleh Inggris, Admiral Nelson tewas karena lukanya yang sangat parah

Perang Saudara Amerika (1861-1865)
9 Mei 1864 Pada perang saudara Amerika Mayor Jendral John Sedgwick dari pasukan Utara ,ditembak mati oleh Sersan Grace dari kesatuan Infanteri ke IV Georgia dari jarak 800 yard di Spotsylvania dengan menggunakan senapan pertandingan Withworth buatan Inggris .

Kematian Jendral J. Sedgwick mengakibatkan terlambatnya gerak maju pasukan Utara yang menyebabkan kemenangan pasukan Konfederasi
Selatan pimpinan Jendral Robert E.Lee .


-Perang Boer (1899-1902)
Dalam serangan subuh pada tanggal 25 Januari 1900 1.700 orang tentara Inggris yang didukung meriam dan senapan mesin merasa berhasil
menduduki salah satu bukit di gunung Spion Kop,Afrika Selatan .Ketika sinar pagi menerangi medan, mereka baru sadar bahwa mereka telah menduduki bukit yang salah . 

Bukit yang benar letaknya lebih tinggi dan masih berjarak 300 m dari posisi mereka,sayangnya bukit tersebut masih diduduki oleh pasukan Boer dari kesatuan Carolina Kommandos & Pretoria Kommandos yang mulai menembaki mereka (asal mula nama pasukan komando diambil dari pasukan Boer) .

Malam harinya pasukan Inggris terpaksa mundur dengan kehilangan 1.200 orang . Para sniper Kommandos hanya bersenjatakan senapan Mauser M1895 bolt action kaliber 7 mm yang hanya dapat menembak sekali per kokang ,
menghabisi tentara Inggris dari jarak 300 meter (tanpa menggunakan telescope).


-1903
Belajar dari kekalahan mereka di Spion Kop, Afrika Selatan , Mayor Hesketh Pritchard dari AD Kerajaan Inggris memulai kursus pelatihan sniper pertama
didunia yang diberi nama : “The First Army School of Sniping, Observing and Scouting”.Sayangnya AD Kerajaan Inggris tidak memanfaatkannya dengan baik dan tidak memiliki doktrin, organisasi & senjata khusus untuk para snipernya sampai kelak mereka dibuat sadar oleh para sniper Jerman .



-1910
Istilah “Sniper” untuk pertama kalinya dipakai sebagai istilah militer resmi bagi penembak runduk oleh AD Jerman . Pencipta satuan sniper dengan standard kwalifikasi, doktrin dan organisasi seperti yang kita kenal sekarang adalah
tentara kerajaan Jerman sebelum Perang Dunia ke 1.

Jerman pulalah yang untuk pertama kalinya menciptakan senapan khusus untuk sniper, bahkan mereka juga membuat peluru khusus untuk senapan tersebut. Senapan khusus sniper ini dibuat berdasarkan senapan Mauser Gewehr 1898 (Gew.98) mm yang kaliber 7,92 mm yang khusus di “tune up” agar sangat tepat tembakannya dan dipasangi telescope pembidik .

Perang Dunia I (1914-1918)
Tingginya korban tentara Inggris yang tewas dengan luka dikepala atau didada, membuat AD Inggris sadar akan kehadiran para sniper Jerman ;hal ini memaksa mereka mencari akal dan bertindak cepat untuk mengatasi masalah ini .Lord Lovat, seorang bangsawan Skotlandia yang juga perwira AD Kerajaan Inggris segera membentuk resimen Lovat Scout’s Sniper dan merekalah yang pertama kali menggunakan Ghillie Suit (pakaian yang digunakan sniper agar mereka tampak seperti semak-semak) dalam perang.Ghillie Suit mula-mula digunakan oleh para jagawana Skotlandia yang bertugas menangkap para pencuri dan pemburu liar satwa langka yang dilindungi pemerintah di cagar alam Skotlandia .

Para Scout Sniper ini sangat mahir dalam kamuflase dan sangat baik dalam mengintai gerak- gerik pasukan musuh, sayangnya kemahiran menembak mereka kurang dimanfaatkan oleh Inggris .

Rekor sniper tertinggi dalam Perang Dunia I
dipegang oleh Francis Pegahmagabow dari AD Kanada yang berhasil menghabisi 378 orang prajurit musuh . Ia menggunakan senapan Ross Mk.3 kaliber .303 (7,7 mm) kemudian Rifle No.3 Mk. I kaliber 7,7 mm .

Billy Sing (Australia)
Sebelum Perang Dunia 1 , William Edward (Billy)Sing adalah juara berburu kangaroo dari Clermont,Queensland, Australia dan pada bulan Mei 1914 ia salah satu prajurit Resimen Berkuda Ringan ke 5 Australia yang tiba di Gallipoli, Mesir,tempat pertempuran terbesar antara pasukan Sekutu dengan pasukan Turki dalam Perang Dunia 1. Billy dan Ion “Jack” Idriess yang menjadi pengamatnya menempati bukit kecil yang bernama Pos Chatam , dipos inilah karir Billy sebagai top sniper dibangun .

Mereka berdua mempersiapkan segala keperluan mereka sebelum fajar dan tak pernah meninggalkan pos mereka sampai dengan matahari terbenam . Dengan demikian pada siang harinya tak ada satu gerakanpun yang terlihat
pada pos ini dan sekitarnya . Disini Billy dan Jack dengan penuh kesabaran berdiam diri tak bergerak, sampai ada tentara Turki yang lengah .

Tiap hari korban di pihak Turkipun berjatuhan dan ini membuat mereka ketakutan karena asal tembakan sniper Australia tsb. tak pernah diketahui . Rekor harian Billy yang tertinggi mencapai 9 orang dalam 1 hari .Pasukan Turki tidak tinggal diam dan segera mengirim top snipernya yang diberi julukan
“Abdul the Terrible” (Abdul yang mengerikan) oleh tentara Australia .

Abdul seorang sniper profesional AD Turki yang pernah mendapat bintang jasa
langsung dari Sultan Turki karena prestasinya . Bagai seorang ahli forensik profesional, dengan sangat teliti Abdul mempelajari luka pada setiap
korban yang tewas, meneliti sudut datang peluru , mewawancarai para saksi dan merekonstruksikan kejadian saat korban tewas .

Dari hasil penelitiannya ia sampai pada kesimpulan bahwa tembakan sniper musuh itu berasal dari bukit Pos Chatam . Tepat seperti yang dilakukan oleh Billy , diam-diam Abdul pun segera membuat pos tersembunyi khusus untuk mengawasi bukit itu saja. tanpa menghiraukan sasaran-sasaran yang menggiurkan lalu lalang didepannya. Suatu hari Pratu Tom Sheehan (pengamat Billy saat itu) sedang mengamati kubu pasukan Turki dengan telescope ,tiba-tiba “Dar” ia ditembak dan peluru Abdul masuk tepat dari ujung telescopenya , keluar dari pangkalnya, terus menembus kedua tangan , kemudian masuk mulut Tom dan keluar dari pipi kirinya untuk kemudian menancap dibahu kanan Billy .

Karena lukanya yang parah Tom Sheehan langsung dikirim kembali ke Australia , ia beruntung tidak sedang menaruh telescope pada matanya ;sedangkan Billy harus beristirahat selama 1 minggu . Billy sadar lawan yang hebat telah menemukan persembunyiannya.Begitu sembuh dari lukanya segera kembali ke pos Chatam ; berhari-hari ia dan pengamatnya hanya duduk mengawasi wilayah pasukan Turki untuk mencari si Abdul . 

Suatu hari saat fajar mulai bersinar, pengamatnya berbisik “ada sasaran” ;Billy yang segera mengambil telescope itu, alangkah terkejutnya ketika ia mendapatkan dirinya tepat memandang wajah dan ujung laras senapan Abdul .Billy pun segera mengambil senapan nya dan membidik , dalam waktu bersamaan Abdul pun membidikkan senapannya, “Dar” Billy menembak lebih cepat dan pelurunya tepat bersarang diantara kedua mata Abdul .Kedua top sniper nasional ini berbuat kesalahan yang sama, yaitu “tidak berpindah tempat setelah menembak” .

Abdul memang seorang sniper professional yang telah mempersiapkan segalanya ; tidak lama setelah Abdul tewas, Turki segera menembakkan meriamnya ke Pos Chatam, sayangnya peluru pertama jatuh meledak tepat dimuka tempat sembunyi Billy . Billy dan pengamatnya sedang berlari secepat cepatnya ketika peluru kedua meledakkan posnya.

Billy menggunakan senapan Short Magazine Lee Enfield (SMLE) No.1 Mark III buatan Inggris kaliber .303 (7,7 mm) dan Abdul menggunakan senapan Mauser Gewehr 1898 kaliber 7,92 mm .
Pada akhir perang, rekor resmi Billy Sing yang diakui AD Australia : 150 orang musuh (201 orang menurut catatan Billy). Sayangnya tidak ada sedikitpun catatan mengenai Abdul .


Alvin C .York (Amerika)
Dalam penyerbuan pasukan Sekutu dihutan
Argonne-Meuse, Belgia tahun 1918; gerak maju Divisi ke 82 Amerika terhenti oleh banyaknya sarang senapan mesin Jerman .Sadar bahwa pasukan induk mereka tidak akan dapat maju dengan serbuan frontal, peleton Kopral Alvin C.York memutuskan untuk bergerak melambung dan menghabisi kubu kubu pertahanan Jerman dari belakang .

Gerakan peleton ini diketahui Jerman yang menembaki mereka hingga seluruh anggota peleton terluka atau gugur (kecual Alvin York sendiri) .
Sendirian ia terus bertempur melawan pasukan Jerman dan pada akhir pertempuran ia berhasil membunuh 25 orang lawan, membungkam 35 kubu senapan mesin dan menawan 132 orang tentara Jerman . 

Alvin York menggunakan senapan Springfield 1903 kaliber 30.06 (7.62 mm) dan pistol Government Model 1911 kaliber .45

-1930
Taktik team sniper 2 orang pertama kali diadopsi oleh AB Uni Soviet (Rusia) . Dikemudian hari taktik ini terbukti lebih efektif dari taktik sniper 1 orang ,
yang saat itu dipakai oleh kebanyakan negara2 maju lainnya.

Dalam organisasi tentara Rusia,satuan sniper merupakan bagian terpadu dari taktik infanteri mereka dan satuan sniper diberi kebebasan yang cukup dalam melaksanakan insiatifnya sendiri .

Pada Perang Dunia ke 2 setiap hari satuan setingkat peleton dan kompi Rusia mengoperasikan snipers dalam jumlah yang besar 

Perang Dunia II (1939 – 1945)

Perang Dunia II adalah perang besar yang paling banyak menghasilkan rekor-rekor sniper yang spektakuler yang tak akan bisa terpecahkan lagi pada masa kini . Dari 54 orang top snipers Perang Dunia II yang tercatat dalam sejarah , 49 orang dari mereka menembak lebih dari 100 orang tentara musuh dan 6 orang diantaranya adalah wanita . Masih banyak top sniper dari berbagai negara yang tidak pernah dicatat dalam sejarah Perang Dunia II , karena umumnya kegiatan para snipers termasuk dalam kategori rahasia militer (kecuali bila untuk kepentingan propaganda), ditambah lagi oleh banyaknya dokumen-dokumen yang hilang, musnah karena perang dan rusak dimakan
usia 

Selama puluhan tahun para pencinta sejarah militer dan para penggemar senjata bersusah payah mengumpulkan dan menverifikasi ulang berbagai dokumen, data-data dan cerita mengenai para top snipers .

Daftar snipers dunia
Walaupun Finlandia memegang rekor tertinggi sniper dunia , daftar top snipers Perang Dunia II didominasi oleh para snipers Rusia . Ini merupakan bukti bahwa pelatihan, organisasi, taktik dan strategi untuk para sniper Rusia lebih maju dari negara-negara lain saat itu . Sniper dan aksi sniper yang terkenal (bukan hanya yang tertinggi rekornya) dalam perang ini antara lain sbb. :



-Simo Hayha (Finlandia)
Rekor sniper tertinggi dalam Perang Dunia II dipegang oleh Simo Hayha dari AD Finlandia yang berhasil menghabisi 542 orang tentara Rusia .Yang paling mengagumkan, Simo Hayha bertempur hanya dengan menggunakan senapan,bolt action Mosin-Nagant M39 kaliber 7,62 mm buatan Rusia tanpa telescope dan bahkan kadang-kadang ia harus menembak musuhnya dari jarak lebih dari 600 yard .

Simo memang seorang juara menembak yang memiliki banyak sekali koleksi medali dan piala yang dimenangkannya dari berbagai pertandingan . Simo Hayha meninggal dunia tanggal 1 April 2002 yang lalu pada usia 96 tahun .

Sulo Kolkka (Finlandia)
“Secara sniper” (tembakan jarak jauh dengan senapan Mosin-Nagant M39) Sulo Kolkka berhasil menembak lebih dari 400 orang tentara Rusia;
tetapi diluar jumlah tersebut ia juga menghabisi 200 orang musuh lagi dengan menggunakan submachine gun (istilah TNI : pistol mitralyur) Suomi M/1931 kaliber 9 mm Parabellum buatan Finlandia yang terkenal akurat .

Ke 600 orang tentara Rusia itu semua dihabisinya dalam waktu 105 hari saja .
Saat bertugas sebagai sniper, Sulo Kolkka mempunyai “hobby” untuk beroperasi sendirian jauh dibelakang garis pertahanan pasukan musuh ; hal ini amat membuat takut dan frustasi pasukan Rusia yang semula mengira mereka aman digaris belakang .Akibat dari “kenakalannya” ini, Sulo sering sekali diburu oleh tentara dan sniper Rusia ; tetapi diakhir setiap perburuan ini dialah yang selalu menghabisi para pemburunya .

Dalam suatu operasi pengejarannya , Sulo berduel dengan seorang sniper Rusia selama beberapa hari dan berhasil menghabisinya dengan tembakan tunggal dari jarak 550 m tanpa telescope dengan hanya menggunakan senapan bolt action Mosin-Nagant M/39 tanpa telescope.

Finlandia memang dikenal sebagai gudangnya para penembak jitu yang ahli dalam kamuflase dan menembak sambil meluncur dengan ski .

Sepanjang perang Finlandia-Rusia yang terkenal sebagai Winter War , pihak Rusia kehilangan 1.000.000 orang tentaranya dari 1.500.000 orang
tentara yang menyerbu Finlandia; sedangkan pihak Finlandia kehilangan 25.000 orang (1 : 40) . Dalam suatu pertempuran musim dingin , 32
orang prajurit Finlandia ditugasi menahan serbuan 4.000 orang tentara Rusia (1:125) ; dengan menggunakan taktik tembak lari diakhir pertempuran tersebut seluruh 4.000 orang tentara Rusia tersebut tewas dan hanya 4 orang tentara
Finlandia yang masih tersisa hidup . Mereka berhasil mempertahankan garis pertahanan mereka .

Untuk memperingati kepahlawanan para prajurit Finlandia dalam Winter War , setiap tahun Finlandia menyelenggarakan pertandingan menembak biathlon yang kini termasuk dalam salah satu cabang olah raga yang dipertandingkan
dalam Winter Olympic dunia . Disini para penembaknya harus menembak 5 buah sasaran yang terpisah dengan senapan kaliber .22 dan menggunakan ski untuk lari meluncur keposisi tembak berikutnya .

Sniper tak dikenal Belanda
Pada tanggal 14 Mei 1940 Jendral Kurt Student ,panglima pasukan para AU Jerman yang sedang mengadakan inspeksi kegaris depan terluka parah
oleh tembakan tunggal seorang sniper marinir Belanda yang mempertahankan kota Rotterdamdari jarak 800 yard .Sniper Belanda ini menggunakan senapan Mannlicher kaliber 6,5 mm Model 1895 .

Sebagai akibat dari tertembaknya Jendral Kurt Student, Hitler memerintahkan bomber-bomber AU Jerman untuk meratakan kota Rotterdam dengan“carpet bombing” .



-Vasily Zaitsev (Rusia)
Duel sniper lawan sniper yang paling terkenal didunia adalah duel antara Sersan Kepala Vasily Gregorievich Zaitsev (400 orang korban) dengan
Mayor Koenig dari Jerman . 

Tetapi waktu novel “War of the Rats” karangan David L.Robbins diluncurkan (1999) , ada seorang yang mengaku keluarga dari Koenig menilpon David dan mengakui bahwa Erwin Koenig yang telah berhasil menembak 400 orang tentara Rusia memang gugur ditembak oleh Vasily Zaitsev di Stalingrad . Sampai dimana kebenaran hal itu ?
wallahualam ; karena dalam pertempuran Stalingrad ratusan snipers dari kedua pihak terlibat disana .



Para sniper Jerman menggunakan senapan bolt action Mauser Kar. 98 kaliber 7,92 mm bertelescope dengan pembesaran 1,5X , 4X atau 6X atau senapan semi automatic Walther Gewehr 43 kaliber 7,92 mm bertelescope dengan
pembesaran 4X .